Aku membenci
kenyataan bahwa kau mengenalku dengan sangat baik
Aku membenci
kenyataan bahwa dulu sekali, aku membiarkanmu mengenalku dengan sangat baik
Aku bisa
melupakanmu jika kau pergi lebih dulu
Aku bisa
menghabiskan waktu, mencari kesenangan lain untuk itu
Aku bisa
mencoba banyak hal, menertawakan ini-itu, bersama diri sendiri
Tapi jika
kau datang lagi, tersenyum padaku lagi, menawarkan bahagia lagi, aku bisa apa?
Aku bisa
melipat kedua tangan di depan dada
Mematikan
rasa di balik wajah datar yang asing untukmu
Melemparkan
kalimat-kalimat kasar untuk melindungi diri
Tapi kala
kau mendekati, tersenyum padaku lagi, mengusap kepalaku dengan telapak tangan
dan rasa seperti dulu, aku bisa apa?
Aku bisa membunuh
waktu dengan mendengarkan lagu
Yang berirama
cepat untuk menghabiskan hari
Yang bernada
sendu untuk menemani di dini hari
Agar tak ada
waktu untuk mencarimu lagi
Tapi kalau
kau kembali menghubungi, menawarkan diri untuk mendengar cerita-cerita yang tak
tahu harus kubagi pada siapa lagi, aku bisa apa?
Aku bisa duduk
seorang diri di sudut kafe
dengan sebuah
buku, sepiring kue, dan secangkir kopi
Atau mengunjungi
toko buku untuk menilik satu per satu novel di sana
Atau hanya
duduk di kursi dingin halte dengan sekeliling yang sepi
Hingga hari
berakhir dan aku lelah sendiri
Tapi jika kau
hadir lagi, menawarkan diri menemani, menghabiskan hari-hari seperti dulu lagi,
aku bisa apa?
Aku membenci
kenyataan bahwa sekian tahun ini, kau bisa mengenalku dengan sangat baik
Aku membenci
kenyataan bahwa aku adalah perempuan yang begitu mudah ditebak
begitu mudah
luluh
begitu mudah
menerima kembali
Walau kau
sudah meninggalkan berkali-kali
Aku membenci
kenyataan bahwa aku adalah perempuan paling menyedihkan di hidupmu
Bahwa hanya
padamulah aku banyak bercerita
Tentang betapa
aku senang didengarkan
betapa aku
bisa tenang jika puncak kepalaku diusap
betapa hanya
senyummu yang paling kusuka
betapa hanya
dirimu yang selama ini selalu ada
Aku membenci
kenyataan bahwa kau mengenalku dengan sangat baik
Hingga aku
tidak bisa menjadi yang meninggalkan pertama kali
Hingga aku
tak kuasa untuk benar-benar pergi
Hingga aku enggan
menolak kehadiranmu tiap datang lagi
dan
memintaku kembali