Aku pernah menjadi kanak-kanak
Yang tawanya tumpah ruah dari cerek ibu di dalam rumah
Hingga akhirnya
Tawa yang tak bisa lagi ditampung cerek ibu di dalam rumah
akan meluapkan kesedihan tiada tara
Tangan mereka dibalut tanah basah
Kemerahan, lembab, persis pakaian seseorang yang lelah
mencariku ke mana-mana
hingga berakhir menunggu di beranda
Sedang yang ditunggu asyik menyeka tubuh seseorang lain
di berantah
Sementara tangan mereka yang dibalut tanah basah
belum jua puas walau disoraki ibu dari dalam rumah
Rambut mereka menempeli pelipis hingga pipi
Berkat rinai yang dicipta awan dari uap yang mendaki
tertatih dari samudra
atau dari sungai
atau dari telaga
atau dari mataku
Entah
Aku pernah seperti mereka
Yang tawanya tumpah ruah dari cerek ibu di dalam rumah
Menjelma airmata yang datangnya entah dari mana
Mungkin dari samudra
Mungkin dari sungai
Mungkin dari telaga
Mungkin dari mataku
Mungkin dari peluh orang asing yang baru kutemui
atas nama birahi miliknya
atas nama ekonomi milikku
Mungkin dari mata ibu yang tertidur di beranda
Entah.