Aku pernah menjadi penanti setia
Untuk dering singkat pencipta bahagia
Untuk kata demi kata pengundang tawa
Untuk satu-satunya suara yang mampu mengentak dada
Aku pernah memupuk harap
Pada seseorang yang kukagumi garis wajahnya
Pada seseorang yang namanya kuhafal di luar kepala
Pada seseorang yang senyum lebarnya sanggup membuatku kalap
Aku pernah percaya
Dengan kalimat yang ramah di mata, pun telinga
Dengan bahagia yang ditawarkan seseorang nun jauh di sana
Dengan kedatangan, meski masih berupa janji-janji semata
Aku pernah mengamini
Bahwa jarak hanya kisaran angka
Bahwa perbedaan waktu tak akan menjadi masalah
Bahwa segala sesuatu tentang jauh pasti bisa dilalui, asal
kita bersama
Tanpa pernah mengerti
Yang kunanti
Yang kuharap
Yang kupercaya
Yang janji-janjinya kuamini
Tak pernah sekalipun bisa kujangkau sosoknya hingga kini