Terima kasih
pada kebetulan yang telah membuatku jatuh ke dalam pelukanmu. Yang membuatku
pada akhirnya berani membuka diri yang selama ini terkunci dalam satu hati,
bukan kamu tentunya. Yang membuatku memasrahkan jiwa dan raga hanya pada
sosokmu. Yang membuatku menjadikan objek terakhir dalam setiap kalimat di
paragraf pertama ini dengan pokok yang sama, kamu.
Terima kasih
pada waktu, yang telah menciptakan sesuatu berawal cinta berakhir benci, pun
sebaliknya. Yang menciptakan tawa dan tangis berganti secepat kedipan mata.
Yang menciptakan pelangi setelah kemarau panjang. Yang menciptakan badai
setelahnya, juga secepat embusan angin kencang.
Terima kasih
pada dirimu, yang telah mengenalkanku arti cinta sepenuhnya. Yang mengenalkan
rasanya cinta menguasai, sementara awalnya tak ada arti. Yang mengenalkan
perasaan bersalah dari mengkhianati. Yang mengenalkanku jatuh-bangun mengejar
hati.
Terima kasih
pada takdir, yang telah mengajarkan bagaimana seharusnya menerima kenyataan.
Yang mengajarkan hati untuk menentukan pilihan. Yang mengajarkan untuk
bersabar, atas segala peristiwa memilukan. Yang mengajarkan melihat segala
sesuatunya bukan hanya dari apa yang bisa dilihat mata, namun juga perasaan.
Terima kasih
pada kalian, yang telah menyeduh benci sedemikian rupa dari bumbu kasih. Yang
membuatku terbiasa menikmati lengkung dari sudut bibir yang menyimpan sakit
hati. Yang tak pernah mengerti, seseorang yang kau sebut-sebut sahabat ini.
Yang tak berbeda dengan dirinya yang kalian caci, sama-sama menoreh luka perih.
Kamu, kalian,
terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar