Sabtu, 18 Oktober 2014

I called it love, and you?

Jika kabar hanya deretan huruf yang menyuratkan rindu, sesulit itukah memberiku?
Jika kabar hanya tulisan abstrak dalam kertas kusut, sesusah itukah agar tak membiarkanku kalut?
Jika kabar hanya berisi, “Aku baik-baik saja,” sesukar itukah untuk membuatku lega?
Jika kabar hanya sekadar tentang menunggu, apa selama ini hanya aku yang merindu?

Kebersamaan kita yang awet hanya kisaran angka tanpa kabar
Aku yang kelihatannya selalu bahagia hanya bersembunyi dari kehausanku akan kabar
Kebersamaan yang berakar saling percaya, pada akhirnya juga membutuhkan kabar
Aku masih percaya bahwa jika kau merasakan rindu yang sama, kau pasti memberi kabar

Nyatanya?
Kabar hanya tentang deretan huruf dan dan tulisan di layar ponselmu

Sementara bagiku, bagi kami—perempuan, kabar adalah segala sesuatu tentang cinta
Tentang bagaimana kau merasa rindu yang sama
Tentang bagaimana kadar cinta yang juga kaupunya
Tentang bagaimana kau pun tak mampu menumpuk rasa untuk berjumpa
Tentang bagaimana kau menghargai hubungan yang tak melulu mengenai bertukar telepati di kepala
Bukan semata tentang saling percaya.

Jika kabar adalah saling percaya tanpa kabar darimu, apakah status kauanggap sebagai rantai agar aku terus di sisimu?
Kalau iya, terima kasih, karena kini kau berhasil membuatku tak ke mana-mana.

Tapi, izinkan aku mengingatkanmu—yang entah sudah keberapa kali
Bila suatu saat aku letih, tak usah bertanya mengapa aku pergi
Jika tiba-tiba ada yang menghujani perhatian, jangan heran karena aku meladeni
Mungkin pada saat itu, suatu hari nanti, yang masih entah, aku pasti akan berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar