Kamis, 15 Oktober 2015

Membunuhmu


Ada waktu-waktu ketika aku ingin membunuhmu
Dari dalam dada, pun kepala
Bersama airmata yang menderas di Agustus
Juga amarah yang meletus-letus

Aku pernah membunuhmu di dalam cerita-cerita dari jemari
Hingga kau akhirnya tak lagi menjadi yang terus bahagia
Lalu aku kembali sesenggukan, meraung-raung, merintih, meratapi
Tak mampu menahan pedih karena ditinggalkan lagi

Semakin tua tahun, semakin tak terhingga hitungan kebersamaan,
aku semakin lelah menghidupkanmu di dalam kepala
Aku ingin kau mati saja, bersama bulir peluh yang keluar dari pori
Atau bergabung dengan sisa makanan yang berhasil kucerna
Tapi aku tak tega

Aku mencintaimu sedalam-dalamnya, sedalam dirimu setiap menembusku
Namun kau hanya sebatas itu, membuat keinginan membunuhku tak
habis-habis,
walau belum bisa menandingi banyaknya kasih yang selama ini mampu
kuberi

Aku ingin membuatmu merasakan mati,
seperti yang ramah kurasa setiap dini hari, kala kau mematikan telepon
terlebih dahulu sebelum nada-nada rinduku terbalas
seperti yang akrab menyapa hariku dalam jelma noda bekas airmata yang
tak hilang-hilang dari bantal
seperti yang karib merasuki dada dalam perih tanpa luka, tapi lebih pedih
dari baret yang berdarah-darah

Tenang saja, aku akan membunuhmu dengan cara sederhana
Bukan melukaimu, seperti yang selama ini dengan mudah kaulakukan
padaku
Bukan pula dengan meninggalkanmu, karena aku tak bisa menjadi yang
pertama membalikkan tubuh
Bukan juga dengan melupakan, seperti alasan berujung maaf yang sudah
kuhafal hingga ke sudut terdalam kepala

Suatu saat, semoga ada waktu di mana aku mampu membunuhmu
Lewat kata cinta yang perlahan memudar
Tawa yang lenyap
Atau tatap mata yang kering akan kasih setiap menemuimu
Suatu saat nanti

Atau semoga kau panjang umur
Terpelihara, renta, dan mati dengan sendirinya tanpa cinta
Agar aku tidak perlu berpura-pura menjadi jahat yang bukan aku
Dan kau membusuk dari dahi, kaki, hingga hati
yang tak pernah untukku

2 komentar: