Minggu, 11 November 2012

Kenangan Masa Lalu

Entah sudah ke berapa kalinya kau muncul di dalam kehidupanku lagi. Namun kali ini cukup mengagetkan. Kau menghilang selama setengah tahun lebih, lalu tiba-tiba hadir kembali. Hubunganku dengannya yang kerap melewati fase 'putus-nyambung' mungkin menjadi salah satu sarana yang kau manfaatkan. Salah satu contohnya, beberapa waktu yang lalu.




Aku memang sudah sering mendengar kabar dari temanku bahwa kau sempat mengeluhkan kata 'rindu' untukku. Rindu? Setelah dua tahun lebih kita berpisah? Hm, kau memang susah ditebak.

Sudah dua lelaki yang masuk ke hidupku setelahmu. Sedangkan kau? Aku sudah lelah untuk mencari tahu kabarmu. Menurutku, kau adalah masa lalu. Kenangan. Bukan untuk diingat lagi, apalagi dirindukan. Maaf bila aku terlalu jujur. Namun bagiku, kaupun harus berlaku sama denganku. Belajar melupakan masa lalu.

Kau punya kaki untuk berjalan, kan? Apa jadinya jika kau berjalan mundur? Apa kau bisa mencapai tujuan perjalananmu? Begitupun hidup ini. Melangkahlah ke depan. Songsong masa depan. Dan kau harus selalu ingat, aku hidup di masa lalumu. Kau hidup di masa laluku. Tidak ada yang perlu kita lakukan selain tetap maju, menuju perjalanan panjang di kehidupan kita masing-masing. Bukan malah terus terkurung di masa lalu seperti yang kau lakukan ini.

Tahukah kau? Sikap tak acuhku bukan berarti aku tidak merasa bersalah pada kenyataan ini. Aku dan dia berpisah, kau mendekat, dan aku tak menolak. Namun beberapa waktu kemudian, aku kembali ke dalam pelukannya. Bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja? Bukan aku tak peduli. Tapi ku pikir, kau sudah dewasa untuk menghadapi semua ini. Bukankah kau mendekatiku juga dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi? Termasuk hubunganku dengannya yang terjalin lagi.

Sejak kita berdua memutuskan berpisah di akhir masa sekolahku, perasaanku padamu sudah padam. Aku sudah mencamkan baik-baik dalam pikiran dan nuraniku bahwa kau hanyalah masa lalu. Kau adalah kepingan dalam perjalanan hidupku yang menjadi pembelajaran bagiku untuk melanjutkan hidup, terutama tentang cinta. Ah, cintakah yang dulu kita jalani? Aku masih ragu.

Aku hanya ingin kau mengerti. Jika suatu saat aku berpisah dengannya dan kau mendekatiku lagi, aku hanya menganggapmu teman. Kakak, mungkin. Karena apa? Karena getaran yang dulu ku rasakan padamu sudah menghilang entah kemana. Menguap bersama kenangan yang kau tinggalkan.

Aku pernah merasakan masa-masa dimana aku diam tak bergerak. Rotasi hidupku tak berfungsi. Rotasi tersebut hanya berpusat padamu, tak mau ke arah lain. Namun kini, semuanya sudah berbeda. Kau bukan lagi inti bumi dimana segala magmaku akan tersimpan.

Kini, aku memilikinya. Dia, lelaki yang sudah dua tahun belakangan ini menempati hatiku. Dia yang menjadi alasanku menghindari banyak lelaki yang mendekatiku. Dia yang perasaannya sangat kuhargai, sebagaimana yang ia lakukan terhadapku. Aku menyukainya. Tidak, aku bahkan mencintainya.



Untuk saat ini, aku telah memilihnya mengisi hidupku. Ku harap untuk selamanya pun demikian. Ia memiliki segala yang aku impikan. Ia adalah sosok yang selama ini ku inginkan, dan Allah telah berbaik hati mempertemukanku dengannya.

Kau hanya butuh terus mencari. Terus berusaha untuk keluar dari lingkaran yang hanya berisi masa lalu. Yang jelas, itu bukan aku. Kalaupun suatu saat kita akhirnya bersama, mungkin Allah memang menghendakinya. Karena takdir Allah tidak dapat diganggu gugat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar