Kamis, 06 Desember 2012

A Little Story About Expectancy



Setiap mendengar kata 'PHP' alias Pemberi Harapan Palsu, ingatanku langsung melayang di masa-masa ketika aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Yah, masa dimana aku dipertemukan oleh seseorang yang mengenalkanku rasanya berharap lebih dari sikapnya yang terkesan berlebihan. Atau aku yang terlalu serius menanggapinya? Entahlah.

Sebelumnya, aku tidak pernah menyukai seseorang sedalam ini. Sampai dia tiba-tiba datang. Hanya lewat pesan singkat dan telepon, Walaupun aku tidak tahu bagaimana rupanya. Yah, hanya seperti itu di awal. Hingga kami akrab. Dekat, dan saling bertukar perhatian.

Aku tidak pernah membayangkan memiliki perasaan yang lebih terhadapnya. Kehadiran seorang kekasih di sisiku, serta dirinya yang terlalu misterius membuatku memilih cukup menjalaninya saja. Sama seperti hubunganku dan teman-teman lelakiku yang lain.

Entah bagaimana kelanjutannya, kami akhirnya menjadi akrab. Mungkin karena komunikasi antara kami semakin yang lancar, atau karena aku yang merasa lebih nyaman dengannya daripada kekasihku sendiri, aku pun mulai merasakan getaran aneh di setiap aliran darahku setiap kali mendengar suaranya lewat sambungan telepon. Melihat namanya sebagai pengirim sms di layar hapeku pun demikian. Apalagi melihat wajahnya di sekolah. Tak ada kata apapun yang cocok untuk menggambarkan rasa bahagiaku saat itu.

Waktu terus berjalan. Aku punya kekasih, memutuskan hubungan, lalu punya kekasih lagi. Dia sendiri, lalu berpacaran, kemudian sendiri lagi. Yah, seperti itulah. Banyak yang datang dan pergi dalam kehidupan percintaan kami masing-masing, namun sepertinya takdir tak pernah merestui kami untuk bersama dalam sebuah hubungan serius.

Mungkin sejak awal mengenalnya, aku tidak akan menyukainya bila dia tidak menawarkanku sejuta perhatian. Lewat bermacam-macam cerita jenaka, lewat hadiah, lewat kesediaan berbagi cerita, dan masih banyak lagi. Yah, dia yang bahkan bukan 'apa-apa' bagiku telah melakukan semuanya. Dan aku bahagia. Namun lebih bahagia lagi kalau dia bukan hanya sekedar teman biasa.

Tahun demi tahun berganti, kami tetap bertahan seperti ini. Bertindak seolah-olah nyaman dengan status 'teman'. Untukku sendiri, pastinya tidak. Apakah semua lelaki yang tidak berniat serius memang hobi mempermainkan perasaan wanita? Entahlah.

Sampai akhirnya aku menemukan sosok yang lain. Sosok lelaki yang masih berada di sisiku hingga saat ini. Sosok lelaki yang datang tiba-tiba, menyelinap di antara kisahku dan dia. Namun sosok itu lebih berani. Sosok itu menawarkan diri untuk melindungiku, menjaga serta siap berbagi suka-duka sejak dua tahun yang lalu.

Aku yang dulunya selalu terjebak pada harapan semu yang menghantui setiap berhubungan dengannya, akhirnya bisa terlepas dari belenggu tersebut berkat sosok itu. Aku yang dulunya merasa proses move on sama saja dengan mencoba berjalan di permukaan air, akhirnya bisa dengan mudah berpaling ke pelukan lelaki lain. Lelaki yang lebih menghargai arti suatu hubungan. Bukannya mempermainkanku dengan muncul tiba-tiba, tawarkan asa, lalu membiarkan benih harapanku terus tumbuh subur tanpa dipanen.

Aku pernah merasakannya. Merasakan menjadi korban pemberi harapan palsu selama bertahun-tahun. Segala macam rasa sakit sudah kurasakan. Mulai dari cemburu, ngambek, sampai marah yang tidak jelas apa sebabnya. Namun semuanya tetap sama. Tidak pernah berujung menjadi 'pasangan kekasih'.

Tapi karena aku percaya, akan tiba saatnya kesedihan kita yang berkepanjangan dibayar dengan nilai yang sepadan. Yah, sampai sosok lelaki itu muncul dan membuat hari-hariku berwarna.

Aku sendiri tak tahu apa alasanku menulis cerita ini. Aku hanya ingin bercerita tentang pengharapan yang pernah ku alami bertahun-tahun lamanya. Tanpa akhir yang jelas karena mungkin ini memang hanya sekedar harapan.

Hingga aku dipertemukan oleh sosok yang baru, yang menyelamatkanku dari rasa pedih berkepanjangan hanya karena menanti hal yang sia-sia.

Jadi untuk siapapun yang saat ini terlibat pengalaman sepertiku (korban PHP) selama bertahun-tahun dan sampai sekarang masih seperti itu, segeralah bertobat! Masih banyak orang di luar sana. Masih banyak yang berani menjalin hubungan serius, jadi buat apa menunggu yang tidak jelas? Masih banyak yang bisa memberi cinta selayaknya, jadi buat apa menanti yang palsu terus-menerus? ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar