Rabu, 13 Maret 2013

'KITA'

            Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa saat ini akan tiba. Saat dimana aku dan kau yang dua tahun lalu saling menyebut dengan ‘kita’, harus kembali pada keadaan semula. Aku dan hidupku, begitupun sebaliknya padamu. Kini, kau dan aku saling menjauh.
Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ragaku yang dulu selalu berada di pelukmu, kini harus berpindah padanya. Aroma parfum yang berbeda, juga hangat yang tak sama. Jelas saja, kau dan dia memang dua sosok yang tak akan pernah serupa.
Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa sapaan ‘sayang’ yang dua tahun lalu hanya ‘ku peruntukkan padamu, kini malah dengan lancarnya terlantun untuk dia. Dia yang bahkan tak pernah terpikirkan akan hadir membawa bahagia.
Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hubungan dengan restu keluarga juga bisa berakhir seperti ini. Aku yang mau menang sendiri. Kau yang tak bisa lagi menghadapi. Menjadi awal pecahnya hubungan ‘kita’, kini.
Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa dia yang hidup di masa lalu tiba-tiba datang, tawarkan hati. Kami bahkan tak pernah berada dalam hubungan yang melibatkan kasih. Kadang hanya saling menyemangati, atau memberi sapaan penyemangat hari. Namun siapa sangka, sekarang dia-lah yang berhasil menguasai hati ini.
Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa kau yang dulu mengumbar janji sehidup-semati, malah yang menginginkan perpisahan pertama kali. Membuatku harus mengontrol emosi selama berhari-hari. Berupaya sekeras mungkin memamerkan senyum dan tawa yang bukan dari hati. Sampai dia hadir kembali.
Dan yang paling tidak akan pernah ‘ku bayangkan sebelumnya adalah... ketika menyadari telah ribuan rencana yang kita buat untuk masa depan. Rencana dari hubungan yang kita kira akan terus berjalan. Namun apa daya, Tuhan-lah Yang Maha Menentukan.
Kini, aku dan kamu telah menjadi kisah masa lalu. Yang kelak akan kita putar ulang dalam bentuk kenangan, atau mungkin terjalin kembali dalam bentuk hubungan. Yah, apapun yang akan terjadi nanti, aku ataupun dirimu tak ada yang tahu.
Kini, aku dan dia sedang mencoba menciptakan kenangan. Karena dulu, sekarang, ataupun nanti, setiap peristiwa akan menjadi kepingan yang rapi tersimpan. Dalam memori terdalam, menanti takdir yang memutuskan. Apakah hubungan ini pantas dilanjutkan, atau –untuk ke sekian kalinya– hanya singgah sesaat dan kembali berakhir sebagai kenangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar