Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa saat ini
akan tiba. Saat dimana aku dan kau yang dua tahun lalu saling menyebut dengan
‘kita’, harus kembali pada keadaan semula. Aku dan hidupku, begitupun
sebaliknya padamu. Kini, kau dan aku saling menjauh.
Aku
tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ragaku yang dulu selalu berada di
pelukmu, kini harus berpindah padanya. Aroma parfum yang berbeda, juga hangat
yang tak sama. Jelas saja, kau dan dia memang dua sosok yang tak akan pernah
serupa.
Aku
tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa sapaan ‘sayang’ yang dua tahun lalu
hanya ‘ku peruntukkan padamu, kini malah dengan lancarnya terlantun untuk dia.
Dia yang bahkan tak pernah terpikirkan akan hadir membawa bahagia.
Aku
tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hubungan dengan restu keluarga juga
bisa berakhir seperti ini. Aku yang mau menang sendiri. Kau yang tak bisa lagi
menghadapi. Menjadi awal pecahnya hubungan ‘kita’, kini.
Aku
tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa dia yang hidup di masa lalu tiba-tiba
datang, tawarkan hati. Kami bahkan tak pernah berada dalam hubungan yang
melibatkan kasih. Kadang hanya saling menyemangati, atau memberi sapaan
penyemangat hari. Namun siapa sangka, sekarang dia-lah yang berhasil menguasai
hati ini.
Aku
tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa kau yang dulu mengumbar janji
sehidup-semati, malah yang menginginkan perpisahan pertama kali. Membuatku
harus mengontrol emosi selama berhari-hari. Berupaya sekeras mungkin memamerkan
senyum dan tawa yang bukan dari hati. Sampai dia hadir kembali.
Dan
yang paling tidak akan pernah ‘ku bayangkan sebelumnya adalah... ketika
menyadari telah ribuan rencana yang kita buat untuk masa depan. Rencana dari
hubungan yang kita kira akan terus berjalan. Namun apa daya, Tuhan-lah Yang
Maha Menentukan.
Kini,
aku dan kamu telah menjadi kisah masa lalu. Yang kelak akan kita putar ulang
dalam bentuk kenangan, atau mungkin terjalin kembali dalam bentuk hubungan.
Yah, apapun yang akan terjadi nanti, aku ataupun dirimu tak ada yang tahu.
Kini,
aku dan dia sedang mencoba menciptakan kenangan. Karena dulu, sekarang, ataupun
nanti, setiap peristiwa akan menjadi kepingan yang rapi tersimpan. Dalam memori
terdalam, menanti takdir yang memutuskan. Apakah hubungan ini pantas
dilanjutkan, atau –untuk ke sekian kalinya– hanya singgah sesaat dan kembali
berakhir sebagai kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar